http://www.antaranews.com |
Produksi tembakau di Kabupaten Garut, Jawa Barat, mengalami penurunan akibat cuaca yang tidak menentu, sehingga membuat petani tembakau rugi.
"Sekarang ini petani tembakau dihadapkan persoalan produksi panen yang turun," kata Endang petani tembakau di Desa Mekarjaya, Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, Sabtu.
Ia mengatakan penurunan produksi tembakau itu selalu terjadi ketika cuaca tidak menentu, seperti hujan yang terus turun meskipun sudah masuk musim kemarau.
Ia menyebutkan dari luas lahan tembakau garapannya 3500 meter persegi hanya mampu panen tembakau basah seberat 4 ton dari kondisi stabil 7 ton.
"Sekarang ini di lahan tembakau saya hanya bisa panen daun tembakau basah 4 ton, kalau tahun kemarin bisa sampai 7 ton saat panen," katanya.
Akibat anjloknya produksi panen, kata Endang, tentunya berpengaruh pada pendapatan petani.
Ia mengaku hasil panen tembakaunya itu hanya mampu mendapatkan uang Rp7 jutaan, berbeda dengan tahun lalu dengan harga jual bagus mencapai Rp25 juta.
"Tahun kemarin saya mendapatkan Rp25 juta lebih," katanya.
Selain produksi panen yang turun, kata dia, harga jual tembakau basah ke tengkulak juga turun drastis dari Rp5.000 menjadi Rp2.000 per kilogram.
Menurut Endang, petani tembakau di musim panen 2016 memprihatinkan dengan tingkat kerugian yang cukup besar.
"Tahun ini petani tembakau benar-benar merugi," katanya.
"Sekarang ini petani tembakau dihadapkan persoalan produksi panen yang turun," kata Endang petani tembakau di Desa Mekarjaya, Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, Sabtu.
Ia mengatakan penurunan produksi tembakau itu selalu terjadi ketika cuaca tidak menentu, seperti hujan yang terus turun meskipun sudah masuk musim kemarau.
Ia menyebutkan dari luas lahan tembakau garapannya 3500 meter persegi hanya mampu panen tembakau basah seberat 4 ton dari kondisi stabil 7 ton.
"Sekarang ini di lahan tembakau saya hanya bisa panen daun tembakau basah 4 ton, kalau tahun kemarin bisa sampai 7 ton saat panen," katanya.
Akibat anjloknya produksi panen, kata Endang, tentunya berpengaruh pada pendapatan petani.
Ia mengaku hasil panen tembakaunya itu hanya mampu mendapatkan uang Rp7 jutaan, berbeda dengan tahun lalu dengan harga jual bagus mencapai Rp25 juta.
"Tahun kemarin saya mendapatkan Rp25 juta lebih," katanya.
Selain produksi panen yang turun, kata dia, harga jual tembakau basah ke tengkulak juga turun drastis dari Rp5.000 menjadi Rp2.000 per kilogram.
Menurut Endang, petani tembakau di musim panen 2016 memprihatinkan dengan tingkat kerugian yang cukup besar.
"Tahun ini petani tembakau benar-benar merugi," katanya.
Sumber :
Antara News. 2016. Produksi panen tembakau Garut turun. Diakses tanggal 4 September 2016. Link ; http://www.antaranews.com/berita/582443/produksi-panen-tembakau-garut-turun