Kamis, 01 September 2016

Sejarah dan Asal Usul Domba Garut

  Kamis, 01 September 2016
http://bapakdomba.blogspot.co.id

Domba Garut sesuai namanya berasal dari Kabupaten Garut tepatnya di daerah Limbangan, kemudian berkembang dan kini menyebar ke seluruh pelosok Jawa Barat khususnya dan seluruh Indonesia umumnya. Bentuk umum Domba Garut, tubuhnya relatif besar dan berbentuk persegi panjang, bulunya panjang dan kasar, tanduk domba jantan besar dan kuat serta kekar (ini merupakan modal utama dalam seni ketangkasan domba).

Keistimewaan dengan tanduk yang besar melingkar ke belakang dan bervariasi, badan padat, agresivitasnya tinggi sehingga memilki temperamen yang dindah dan unik. Ciri khas Domba Garut yaitu pangkal ekornya kelihatan agak lebar dengan ujung runcing dan pendek, dahi sedikit lebar, kepala pendek dan profil sedikit cembung, mata kecil, tanduk besar dan melingkar ke belakang. Sedangkan betina tidak bertanduk, telinga bervariasi dari yang pendek (ngadaun hiris) sampai yang panjang dan memiliki warna bulu yang beraneka ragam. Domba Garut banyak dijumpai memiliki daun telinga rumpung, sedangkan yang memiliki daun telinga panjang dikenal dengan domba “BONGKOR”.

Untuk mendapat Domba Garut yang baik harus dimulai dari betina yang kualitasnya sangat bagus, pejantan dari keturunan Domba Garut memiliki performa yang baik pula. Para tokoh domba memelihara Domba Garut memiliki karakter yang berbeda dalam merawatnya mulai dari anakan sampai dewasa (siap tanding). Anak Domba Garut yang dipilih untuk dijadikan domba tangkas harus diberikan latihan beradu dan berlaga di lapangan, tanpa diberi pelatihan Domba Garut tersebut tidak akan memiliki unsure seni di lapangan, sehingga tidak indah dipandang ketika berlaga, yaitu mengenai langkah mundur dan langkah maju atu dengan kata lin “Tembragan” atau tubrukannya tidak baik.


ASAL USUL DOMBA GARUT MENURUT SEJARAH

Versi lain mengenai asal-usul perkembangan Domba Garut diyakini berasal dari domba lokal asli Garut, yaitu dari Daerah Cibuluh dan Cikeris di Kecamatan Cikajang serta dari Kecamatan Wanaraja. Keyakinan tersebut dilandasi oleh teori bahwa seluruh bangsa domba yang ada di dunia dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu kelompok domba bermuka putih (white face) dan domba bermuka hitam (black face). 

Domba-domba muka putih secara genetik membawa warna yang lebih dominan dibandingkan warna pada domba muka hitam, sedangkan domba-domba yang diimpor masuk ke Indonesia sejak Jaman Belanda sampai sekarang kebanyakan dari kelompok domba muka putih (termasuk Domba Merino, Texel, dan Domba Ekor Gemuk), sehingga warna hitam yang banyak terdapat pada Domba Garut dipercaya berasal dari domba lokal, khususnya domba lokal dari daerah Cibuluh dan Wanaraja yang sejak dahulu dikenal dengan domba-dombanya yang dominan berwarna hitam, termasuk dominan hitam pada tubuh secara keseluruhan, di samping itu Domba Cibuluh memiliki ciri yang sangat spesifik, yaitu bertelinga rumpung (rudimenter) dengan ukuran panjang kurang dari 4 cm atau ngadaun hiris (4 - 8 cm), sedangkan domba-domba lokal rata-rata memiliki daun telinga yang rubak dengan ukuran panjang lebih dari 8 cm.

Teori Merkens dan Soemirat yang menyatakan bahwa Domba Priangan berasal dari persilangan yang kurang terencana dari tiga bangsa domba (Merino X Lokal X Ekor Gemuk), itu pun dapat diterima sejauh belum ada pembuktian melalui penelitian darah dan gena yang terdapat pada Domba Garut atau Domba Priangan, namun demikian hal tersebut dapat mengaburkan keberadaan domba asli Cikajang (Cibuluh dan Cikeris) dan Wanaraja, karena domba asli Kecamatan Cibuluh dan Kecamatan Wanaraja Garut telah dikenal sejak berabad-abad yang lalu, jauh sebelum Domba-domba impor dimasukkan ke Indonesia.

Bahkan yang perlu dikaji, baik secara historis mau pun sosiologis mengenai keberadaan salah satu relief pada situs yang terdapat di Candi Prambanan, pada situs tersebut terlihat dua ekor domba yang saling berhadap-hadapan sebagai hewan persembahan, ke dua domba tersebut, memiliki beberapa karakteristik yang mirip dengan ciri khas Domba Priangan, antara lain kuping yang ngadaun hiris mendekati rumpung dengan tanduk ngabendo, profil muka cembung, dan bulu pada bagian di seputar lehernya yang dibiarkan tumbuh memanjang (bulu yang saat ini dibiarkan terjurai di bawah leher pada Domba Garut atau disebut nyinga, merupakan modifikasi dari pola pencukuran bulu pada waktu itu), artinya domba pada situs tersebut sangat mirip dengan performa Domba Garut yang pada abad ke delapan, telah ditemukan di daerah Jawa Tengah, domba tersebut dipandang sebagai domba terbaik dari domba-domba yang ada pada masa lalu, karena tidak mungkin domba yang berkualitas rendah dijadikan hewan persembahan yang diabadikan dalam bentuk relief pada sebuah candi yang besar, sekelas Candi Prambanan. 


Sumber :
Garut Garut Garut. 2016. Sejarah Domba Garut. Diakses tanggal 1 September. 2016. Link ; http://garutgarutgarut.blogspot.co.id/2010/02/sejarah-domba-garut.html
Domba Studio 21 Jogja. 2016. Asal Usul Domba Garut Menurut Sejarah. Diakses anggal 1 September. 2016. Link ;http://www.domba21.com/2014/09/asal-usul-domba-garut-menurut-sejarah.html